Secuil Tentang Togog dan Mbilung : Mbilung Buka Aib Durna
Keduanya adalah punakawan juga. Tak kalah populer dari Semar dan anak-anaknya. Tak kalah kompak juga dalam melawak. Togog, Mbilung dan Semar sebenarnya masih saudara, tapi mereka menempuh jalan yang berbeda. Semar mengabdi menjadi pamomong ksatria-ksatria berbudi luhur di Amarta. Sedangkan Togog dan Mbilung memilih menjadi pamomong raja-raja negeri sabrang yang kebanyakan penuh angkara. Bukan berarti Togog Mbilung suka ikut orang jahat, tetapi dalam persepktif penulis, mereka justru mengambil tugas yang lebih berat daripada Semar dan anak-anaknya. Mengapa? karena Togog dan Mbilung menasehati bendaranya yang berwatak jahat untuk kembali ke jalan yang benar sedangkan Semar tinggal membimbing dan mengawasi para bendaranya yang memang sudah berwatak baik. Disamping itu memang Togog dan Mbilung itu lebih tua dari Semar. Keduanya adalah kakak Semar. Makanya mungkin saja Sang Hyang Wenang membebani Togog tugas yang lebih sulit dan Mbilung disertakan dengannya supaya dapat membantu.
Dalam kesehariannya mengikuti bendara (menurut lakon-lakon Carangan Ki Hadi Sugito), Togog nyambi profesi sebagai pedagang. Dagang kecil-kecilan, apa saja . Jam tangan, baju, keris, batu akik dan kacamata. Sedangkan Mbilung cuma jadi komentator yang sering meroasting siapa saja. Termasuk membeberkan kecurangan Togog dalam berdagang. Tapi jangan salah, Mbilung itu wawasannya jauh lebih luas dari Togog tentang latar belakang kehidupan tokoh-tokoh wayang. Tetapi pengetahuannya kadang digunakan untuk membongkar aib tokoh wayang lainnya. Paling epik saat Mbilung meroasting Durna sampai Durna sendiri meradang. Kok bisa?
Dikisahkan dalam lakon “Antasena Ngraman” , negara Astina diacak-acak oleh Antasena yang memang selain sakti mandraguna memiliki watak yang bambung alias sableng. Dia nekat mengobrak-abrik Astina hanya untuk mencoba duduk di Dampar Kencana alias tempat duduk raja Astina. Kurawa kalang kabut dan prabu Duryudana beserta keluarga kerajaan mengungsi. Hanya patih Sengkuni yang ditawan oleh Antasena. Durna kemudian diutus Duryudana untuk pergi ke Trajutrisna untuk minta bantuan, yaitu kerajaan milik Sitija alias Narakasura, salah satu anak Kresna. Trajutrisna adalah negara dimana Togog & Mbilung mengabdi saat itu. Durna dengan mulut manis dan berbisanya membujuk Sitija untuk mengusir atau membunuh Antasena dengan iming-iming kelak di perang Baratayudha akan diangkat senopati utama dan akan dihadiahi negara Astina separuh. Sitijo yang serakah dan memang sejak lama punya ambisi untuk jadi senopati Astina tanpa mendengarkan nasehat tetua-tetua Trajutrisna ikut saja dengan bujukan Durna.
Singkat cerita, berangkatlah Sitijo diiringi punakawanya, Togog & Mbilung dan juga pandhita Durna. Dalam perjalanan tersebut karena jenuh, Togog dan Mbilung mulai bercakap-cakap. Pada mulanya cuma ngobrol biasa tapi lama-kelamaan kebiasaan Mbilung mulai kumat yaitu bercerita dan bergosip. Kali ini tak tanggung tanggung Durna yang seperjalanan dengan mereka dijadikan korban.
Dengan lancar Mbilung bercerita kalau Durna itu adalah pandhita gadungan. Kitab yang sering dibaca itu adalah buku ramalan togel. Ramalan togelnya pun kerap meleset atau nomernya terbalik. Togog menyela supaya Mbilung berhenti dengan mengatakan kalau Mbilung bisa dikirimin teluh oleh Durna. Tapi Mbilung kalau sudah ngoceh susah sekali dihentikan. Mbilung berkata kalau Durna itu juga punya kelebihan bahwa setua itu ia masih suci alias belum punya bini. Togog menyangkal karena Durna mempunyai anak yaitu Aswatama. Dengan tanpa tedeng aling-aling Mbilung langsung menjawab “Itu dulu dia punya anak sama jaran (kuda)”. Durna mulai teriak teriak meradang, supaya Mbilung berhenti tapi justru semakin gila. Mbilung menceritakan kronologi Durna kawin dengan kuda.
Di masa lalu Durna yang masih bernama Bambang Kumbayana di pinggir segara alias lautan menangis karena ingin menyebrang tidak bisa dan tidak ada kapal yang lewat. Lalu Durna mengucapkan sebuah pernyataan “Siapa yang bisa menyebrangkan dia ke tanah Jawa, jika laki-laki akan dijadikan saudara dan jika perempuan akan diambil jadi bini”. Durna lupa mengatakan “manusia” dia hanya berkata laki-laki atau perempuan. Tak lama kemudian lewatlah kuda betina yang bisa terbang (Bethari Wilutama) yang bersedia menyebrangkannya. Tanpa pikir panjang Durna naik ke punggung si kuda terbang dan kemudian melintasi lautan. Di perjalanan Durna kembali menangis dan berkata “Apa iya aku harus kawin dengan kuda?”. Kemudian setelah tengok kanan dan kiri…
Belum lengkap Mbilung bercerita, Durna sudah tak tahan dan emosi “Mbilung tak jahit mulutmu!”. Terlambat sudah aib sudah dibongkar Mbilung.
Itulah sepenggal kisah Togog dan Mbilung yang saya ambil dari cuplikan pagelaran wayang kulit di radio oleh dalang Ki Hadi Sugito alm. Dengan sepenggal cerita tersebut kita bisa mengambil pelajaran untuk bisa mengendalikan lisan kita untuk tidak membongkar keburukan orang lain. Disisi lain juga kita bisa menyimpulkan bahwa Durna juga punya watak yang kurang baik yang bisa menjadi bumerang terhadap dirinya sewaktu-waktu.
Sekian untuk artikel kali ini. Terimakasih telah membaca. Semoga terhibur.
Sampai jumpa lagi